Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, Ir. Faizal Anwar, MT, Didampingi
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, G. A. Nazer saat merilis data strategis BPS di Sulawesi Tengah. (F-widya)
PALU, GateNews.id – Juni 2019, Kota Palu mengalami inflasi hingga sebesar 0,96 persen lebih tinggi dari inflasi nasional 0,55 persen. Hingga memposisikan Kota Palu pada peringkat ke-17 inflasi tertinggi nasional dan peringkat ke-5 di kawasan Sulampua.
Dari 82 kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) nasional, sebanyak 76 kota
mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Manado sebesar 3,60 persen dan
terendah di Kota Singaraja sebesar 0,02 persen. Sedangkan Kota Tanjung
Pandan mengalami deflasi tertinggi sebesar 0,41 persen, sementara Kota Jayapura mengalami deflasi terendah
sebesar 0,08 persen. Demikian paparan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, Ir. Faizal Anwar, MT, pada pertemuan bulanan yang berlangsung Senin (1/7/2019), di kantor sementara BPS Sulteng.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, G. A. Nazer secara rinci menjelaskan selama Juni 2019, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,96 persen yang dipengaruhi oleh naiknya indeks harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,27 persen, diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,97 persen), sandang (0,69 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,35 persen), serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,01 persen). Kelompok kesehatan mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,19 persen, sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga relatif tidak mengalami perubahan.
Pada periode yang sama, inflasi year on year Kota Palu mencapai 5,32 persen. Kenaikan
indeks year on year tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 8,14 persen, sedangkan kelompok sandang mengalami kenaikan indeks terendah sebesar 2,30 persen. Inflasi Kota Palu sebesar 0,96 persen disumbangkan oleh andil kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,67 persen, kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan sebesar 0,18 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,08 persen, kelompok sandang sebesar 0,04 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dengan andil di bawah 0,01 persen, sedangkan kelompok kesehatan memberikan andil negatif sebesar 0,01 persen.
” Beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi antara lain ikan selar (0,27 persen), tarif angkutan udara (0,18 persen), ikan cakalang (0,15 persen), ikan kembung (0,10 persen), ikan ekor kuning (0,09 persen), cabai rawit (0,08 persen), ikan layang (0,08 persen), ikan mujair (0,04
persen), kue basah (0,04 persen) dan kue kering berminyak (0,04 persen)”.*
REDAKTUR: NILA