GATENEWS – KENDARI: Demonstrasi mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) pada 23 September 2019 yang memprotes sejumlah kebijakan kampus menyisakan polemik. Pernyataan Rektor Muhammad Zamrun yang mengatakan tidak pernah memaksa mahasiswa untuk kuliah di kampus terbesar di Sulawesi Tenggara tersebut.
Zamrun melontarkan pernyataan tersebut saat mahasiswa mempermasalahkan uang pangkal yang dianggap mereka mahal.
“Saya kan tidak pernah paksa kalian untuk membayar. Saya tidak pernah paksa kalian untuk mendaftar di UHO,” kata Zamrun.
Lini masa pengguna media sosial di Kendari khususnya, sontak menyoroti pernyataan tersebut. Tak terkecuali La Ode Ali Akbar yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP menuliskan sorotannya terkait pernyataan Rektor Zamrun. Berikut tulisan mahasiswa angkatan 2015 tersebut.
Salam sejahtera, Pak Rektor
Bagaimana kabarnya, Pak? Enak yah punya kuasa apalagi ekonomi bapak cukup menunjang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa membeli apapun dengan uang. Yang pastinya anak bapak tidak akan terlunta-lunta soal biaya pendidikan, kan bapaknya punya jabatan dan punya uang. Hehe…
Barangkali beda dengan kita-kita anak petani, nelayan, peternak dan pekerja serabutan yang ekonominya rendah. Yah makan sekali sehari saja sudah hebat.
Biaya pendidikan begitu besar dengan berbagai iuran lain-lain dalam kampus yang cukup membuat orang tua kami semakin tabah, sebab setiap kami berkeluh mereka tetap siap untuk mengirimkan kami uang sekalipun itu diutang dari tetangga.
Mungkin bapak tidak tahu dengan prinsip orang tua kami di pedesaan yang miskin tak berpendidikan, mereka selalu berucap “nak biarlah kami saja yang tak berpendidikan, tetapi kalian tetap harus bersekolah”, sebab itu mereka siap berkorban demi biaya pendidikan anaknya.
Bapak mungkin tidak tahu ketika kami mendaftar di perguruan tinggi dan di perhadapkan dengan biaya ‘uang pangkal dan uang UKT’ yang mencekik leher orang tua kami.
Bapak tahu tidak orang tua kami rela menjual sapi, kambing, bahkan berutang demi kami anaknya biar tidak berpendidikan seperti mereka, bahkan ada yang bernasib lebih buruk dari kami hingga mereka mengurungkan niat untuk tidak kuliah. Di rumah kami ada banyak bersaudara yang ingin punya kesempatan untuk berpendidikan baik.