Wisata  

Hati Kaghati, Persembahan Cinta pada Layang-layang Purba Lewat Film

La Masili (ujung kiri) dan Tomy Almyjun Kibu (ujung kanan) sebelum pemutaran perdana Film Hati Kaghati. (Foto: dok/GATENEWS.ID)

Kebetulan, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kala itu membuka peluang bagi komunitas untuk pelestarian budaya. Maka digaraplah film ini sampai menghabiskan anggaran sekira Rp200 jutaan.

Tantangan dalam prosesnya, mulai dari kondisi kesehatan sang subjek yakni La Masili yang terkena stroke ringan saat itu, kru yang belum punya pengalaman dalam pembuatan film profesional bahkan kebanyakan mahasiswa magang, hingga tantangan pasca produksi untuk bisa meramu film agar layak ditonton. Semua mampu dilewati.

“Kita berharap, ada kepedulian terhadap situs sejarah, film ini bisa diputar ke seluruh belahan dunia untuk memberi kabar tentang situs dan kekayaan budaya ini, juga bermanfaat bagi subjek dan upaya pelestarian sejarah. Tidak ada target bisnis dalam pembuatan film ini,” papar Tomy.

Tak berhenti di sini, film Hati Kaghati diharapkan pula memicu lahirnya upaya pelestarian dalam bentuk lain. Seperti menghidupkan Sanggar Kaghati yang dibina La Masili, melahirkan buku, lukisan, karya kreatif lainnya, serta kolaborasi antar sesama untuk pelestarian sejarah dan budaya.

Editor: Gugus Suryaman