Wisata  

Jejak Kolonial Belanda di Pulau Tinggal Bara Muna

Rumah suku Bajo di Kecamatan To Wea. (Foto: Adryan Lusa/GateNews.Id)

GATENEWS – MUNA: Kabupaten Muna ternyata juga memiliki jejak peninggalan Belanda di masa kolonial. Adalah pulau Tinggal Bara yang terletak di sebelah utara Pulau Muna yang menyimpan sepak terjang negara Eropa Barat tersebut.

Pulau Tinggal Bara mungkin terdengar asing di telinga, khususnya masyarakat Sulawesi Tenggara. Masyarakat Muna sendiri lebih mengenalnya dengan nama Pulau To Bea (To Wea).

La Ode Abdul Latif Runy selaku mantan sekretaris desa pertama sekaligus bekas kepala desa kedua Lakarama menuturkan berdasarkan cerita orang tuanya, tahun 1913 orang yang pertama mendiami Pulau To Wea adalah pengusaha mutiara cabang perusahaan dari Banda Neira yang bernama tuan Badillah.

Pria 71 tahun yang juga tokoh masyarakat desa Lakarama ini mengatakan dua tahun berselang datanglah pengusaha Belanda keturunan Inggris bernama Jhon Steven Grugry. Orang Eropa ini ingin membuka perkebunan kelapa dan karet di pulau yang menurut cerita penamaannya erat kaitannya dengan pangeran dari kerajaan Luwuk.

La Ode Abdul Latif Runy (kuning) saat berbincang dengan wartawan GateNews.Id. (Foto: Adryan Lusa/GateNews.Id)

“Jhon bertemu tuan Badillah guna membicarakan kongsi dagang. Setelah kesepakatan tercapai maka dibukalah hutan di pulau To Wea. Setelah itu datanglah orang-orang untuk bekerja dan mendiami pulau To Wea di desa Lakarama,” tutur Latief, Sabtu (26/10/2019).

Menurut Latief, di tahun 1915 mulai dilakukan penanaman kelapa diikuti penanaman karet di tahun 1917. Namun, kongsi keduanya pecah karena tuan Badillah karena tak sabar menunggu hasil usaha tersebut.

“Tuan Badillah tidak sabar karena perkebunan ini lama menghasilkan tidak seperti mutiara yang prosesnya cepat. Ia kemudian menarik modalnya, sehingga usaha tinggal milik Jhon Steven Grugry,” kata pria kelahiran To Wea tahun 1948 ini.

Datangnya Jepang ke To Wea di tahun 1944 mengubah kehidupan masyarakat pulau. Mereka menjadi pekerja paksa (romusha) di Kendari untuk membangun pertahanan udara Jepang saat itu. Hasil minyak kelapa di pulau itu pun turut diangkut ke Kendari secara cuma-cuma oleh tentara Nippon.

Tampak depan barak pekerja kebun Kelapa dan karet milik Jhon Steven Grugry yang dibangun 1926. Ornamen masih asli hanya ada perubahan warna gedung. (Foto: Adryan Lusa/GateNews.Id)

Ketika penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang selesai, Muna beralih menjadi Swapraja. Dibentuklah desa Lakarama meliputi seluruh wilayah To Wea pada tahun 1969 dengan Kepala desa pertama La Muju yang bergelar Yaro Ntiala dan Sekdesnya La Ode Abdul Latief Runi.