GATENEWS-KENDARI: Dalam beberapa dekade terakhir, akibat globalisasi, urbanisasi, dan mayoritas pertumbuhan pendapatan berefek pada kebanyakan masyarakat dunia yang mengubah pola dan jenis makannya. Masyarakat di dunia beralih dari pola makan musiman dari hasil tanam yang kaya akan serat menjadi pola makan yang kaya akan tepung olahan, gula, lemak, dan garam.
Meski lebih dari 800 juta orang yang menderita kelaparan, lebih dari 790 juta orang sekarang mengalami obesitas karena kombinasi diet yang tidak sehat dan kurangnya olah raga di semua kategori negara. Situasi ini mendorong FAO untuk merayakan Hari Pangan Sedunia tahun ini, dengan tema global “Tindakan kita adalah masa depan kita. Diet sehat untuk #Zero Hunger. ”
Pola makan secara umum di Indonesia tidak sama dengan di kebanyakan negara berpenghasilan menengah. Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras, namun konsumsi sayuran, buah, daging, dan lemaknya rendah.
Faktanya, Indonesia memiliki porsi asupan energi tertinggi dari biji-bijian – khususnya beras – di dunia. Porsi makanan bukan tepung di Indonesia adalah 30 persen, sedangkan rata-rata global adalah 50 persen.
Tingkat konsumsi buah dan sayuran kurang dari setengah asupan harian yang direkomendasikan secara nasional. Pola makan di indonesia umumnya rendah lemak dan minyak, sekitar 20 persen dari total kalori yang dikonsumsi dibandingkan dengan Eropa yang mencapai 30-50 persen.
Indonesia memiliki salah satu keanekaragaman hayati terkaya di dunia, dan beragam tanaman pangan dan jenis hewan ada di Indonesia, tetapi pola makan di Indonesia bergantung pada sejumlah jenis tanaman dan hewan yang jumlahnya menurun.
“Di Indonesia harga makanan pokok cukup tinggi, dan kami melihat kenyataan bahwa harga-harga makanan di Indonesia merupakan salah satu termahal di Asia Tenggara. Faktanya, kelaparan dan obesitas hidup berdampingan di seluruh Indonesia, dan kadang-kadang bahkan berada di rumah tangga yang sama, ” tegas Stephen Rudgard, Perwakilan FAO dalam pidatonya di pembukaan perayaan nasional Hari Pangan Sedunia 2019 di Angata, Konawe Selatan, Sabtu (2/11/2019)
Prevalensi nasional jumlah stunting pada anak-anak di bawah usia 5 tahun sangat signifikan yakni lebih dari 30 persen dan prevalensi kondisi kurus untuk kelompok usia yang sama juga sangat signifikan pada 10 persen. Di sisi lain, 8 persen anak-anak di Indonesia mengalami obesitas.
Inovasi, satu-satunya jalan keluar
Tema nasional untuk Hari Pangan Sedunia tahun ini, “Teknologi Pertanian dan Industri Makanan menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045” sangat penting.
Di Indonesia, lahan pertanian produktif diperkirakan telah berkurang 600.000 ha dalam lima tahun terakhir, karena adanya pergeseran pemanfaatan termasuk untuk urbanisasi. Selain itu, ada persaingan dalam penggunaan lahan untuk produksi tanaman pangan dan komoditas lainnya.